
27 Mar Segala Hal yang Perlu Kamu Tahu tentang Apa Itu Reksadana Saham
Dari jenis-jenis reksadana yang tersedia, reksadana saham menawarkan potensi return yang paling tinggi. Namun, reksadana saham lebih dari sekadar investasi dengan keuntungan besar. Tanpa diimbangi dengan pengetahuan tentang apa itu reksadana saham, bisa-bisa kamu salah langkah dan justru berujung pada kerugian. Tentu kamu tidak mau hal ini terjadi, kan? Oleh sebab itu, cari tahu dulu berbagai hal penting tentang apa itu reksadana saham sebelum kamu mulai investasi!
Mayoritas uang ditempatkan pada instrumen saham
Namanya juga reksadana saham, tentunya sebagian besar uang kamu nantinya bakal diinvestasikan ke instrumen saham. Setidaknya kira-kira 80% portofolio kamu adalah saham, sedangkan 20% sisanya bisa ditempatkan ke instrumen lain. Kamu bisa berkomunikasi dengan manajer investasi untuk menentukan instrumen saham mana saja yang harus dibeli demi mencapai tujuan finansial.
Nah, saham yang dimaksud adalah saham-saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Keuntungan reksadana saham bisa kamu dapatkan dari kenaikan harga saham yang kamu beli di BEI tersebut.
Potensi return, tingkat risiko juga tinggi
Sebelum belajar tentang apa itu reksadana saham, kemungkinan besar kamu pasti sudah tahu kalau reksadana saham menawarkan potensi return paling besar di antara jenis-jenis reksadana lain. Kalau performa suatu saham sedang baik, bahkan return per tahunnya bisa mencapai 20%! Dengan tingginya keuntungan, wajar kalau banyak orang tergiur berinvestasi reksadana saham.
Namun, kamu tidak boleh lupa dengan prinsip high risk high return. Artinya, seiring dengan keuntungan yang meningkat, risikonya juga ikut naik. Hal ini karena saham memiliki fluktuasi yang cukup tinggi. Karena alasan yang sama pula, reksadana saham lebih dianjurkan untuk investor dengan profil risiko agresif dan mempunyai tujuan finansial berjangka waktu panjang, minimal lima tahun.
Peraturan OJK terkait reksadana saham
Demi kenyamanan dan keamanan para investor dalam melakukan investasi reksadana saham, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengeluarkan sejumlah kebijakan. Manajer investasi juga perlu menaati kebijakan ini mengingat merekalah yang bertugas mengelola portofolio reksadana saham investor.
Pertama, nilai investasi maksimum pada satu saham adalah 10% dari total nilai aset reksadana kamu. Kedua, kamu tidak diperbolehkan membeli saham di bursa efek luar negeri yang informasinya sulit atau bahkan tidak bisa diakses dari Indonesia melalui internet dan media massa. Ketiga, kamu juga tidak diperbolehkan untuk menguasai lebih dari 5% modal perusahaan dari saham yang dibeli.
Kemungkinan risiko pada reksadana saham
Kamu sudah tahu apa itu reksadana saham. Tapi sebelum benar-benar mulai berinvestasi, ada baiknya kalau kamu juga mempelajari risiko-risiko yang mungkin terjadi pada reksadana saham. Dengan begini, kamu bisa lebih berhati-hati selama melakukan investasi.
- Risiko likuiditas – Risiko ini bisa terjadi kalau misalnya, pada waktu yang bersamaan, kamu mau menjual kembali unit penyertaan, tapi manajer investasi justru melakukan pembelian kembali unit penyertaan yang dijual. Alhasil, manajer investasi gagal menyediakan dana yang diminta.
- Risiko fluktuasi – Penurunan harga saham karena fluktuasi, bisa disebabkan oleh biaya yang dibebankan saat investor melakukan penjualan atau pembelian saham; serta adanya wanprestasi pada perusahaan penerbit saham.
- Risiko wanprestasi – Rekan usaha manajer investasi tidak mampu memenuhi kewajiban. Dalam hal ini, rekan usaha yang dimaksud bisa termasuk bank kustodian, pialang, agen penjual efek reksadana, hingga emiten yang ditunjuk manajer investasi.
- Risiko perubahan kondisi ekonomi dan politik – Jika kondisi ekonomi dan politik di dalam maupun luar negeri mengalami gejolak, bursa saham bisa ikut terkena imbas sehingga nilai-nilai saham pun menurun.
Mengenal lebih jauh tentang apa itu reksadana saham sangatlah penting agar kamu bisa melakukan investasi secara optimal. Ingat, ya, reksadana saham lebih cocok untuk kamu yang berprofil risiko agresif. Kalau kamu lebih relate dengan profil risiko konservatif, investasi lain seperti reksadana pasar uang tentu bakal lebih cocok. Jadi, kamu mau investasi di reksadana yang mana, nih?