28 Mei Saham Anjlok Akibat Corona, Harus Memilih Instrumen Investasi Apa?
Bursa saham menjadi salah satu sektor yang terkena dampak corona paling keras. Padahal, pada 14 Januari 2020 lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat berada pada posisi puncak di nilai 6.325. Namun, sejak diumumkan bahwa Indonesia positif terjangkit corona pada awal Maret 2020, nilai saham terus-terusan anjlok. Bahkan sempat menyentuh angka 3.928, rekor terendah sejak 2016. Wajar jika para investor saham pun merasa waswas. Di sisi lain para investor baru mungkin jadi mengurungkan niat berinvestasi saham dan bingung harus memilih instrumen investasi apa.
Kabar baiknya, di tengah ketidakpastian ekonomi akibat corona, masih ada instrumen investasi yang mencatatkan performa relatif stabil. Kamu pun bisa memilih instrumen investasi satu ini, Xultan. Instrumen investasi apa, sih, yang dimaksud?
Perdagangan saham bahkan sempat dihentikan sementara
Dampak corona terhadap perekonomian negara memang tidak main-main. Penurunan indeks saham yang cukup tajam membuat para analis sepakat bahwa pergerakan IHSG masih akan terbebani. Pada pertengahan bulan Maret 2020 lalu, penurunan indeks saham bahkan sempat mencapai 5%, membuat Bursa Efek Indonesia (BEI) memutuskan untuk menghentikan perdagangan saham sementara. Menurut situs Detik, total penurunan IHSG telah mencapai 13,44% sejak awal tahun 2020.
Sangat dimengerti kalau investor saham merasa panik dengan keadaan tersebut. Namun, banyak praktisi saham yang menyarankan untuk tetap wait and see. Tunggu saja sampai demand kembali meningkat dan terlihat tanda pembalikan arah. Ketika itu terjadi, baru kamu bisa perlahan melakukan pembelian. Sambil melakukan wait and see, kamu bisa memilih instrumen investasi lain untuk menempatkan uang kamu. Pilih yang performanya relatif stabil, tidak terlalu fluktuatif seperti saham.
Instrumen pasar uang sebagai pilihan yang relatif lebih stabil
Kondisi saham yang mengalami anjlok sebetulnya tidak terlepas dari karakteristik saham yang memang fluktuasinya cukup tinggi. Jadi, ketika nilai saham anjlok, bukan cuma IHSG yang terkena dampaknya, tapi juga instrumen investasi lain berbasis saham. Contohnya reksadana saham dan reksadana campuran. Hal ini berbeda dari instrumen pasar uang seperti deposito, sertifikat Bank Indonesia (BI), dan surat utang berjangka waktu setahun. Pada dasarnya, instrumen pasar uang memiliki tingkat fluktuasi yang cenderung kecil sehingga potensi risikonya pun relatif rendah.
Itulah kenapa instrumen pasar uang mampu memberikan performa yang relatif lebih stabil walaupun di tengah pandemi corona. Nah, kamu bisa langsung memilih instrumen investasi pasar uang seperti yang disebutkan di atas. Namun, akan lebih mudah dan praktis jika kamu berinvestasi di reksadana pasar uang. Jadi, uang kamu tidak akan ditempatkan pada satu instrumen pasar uang saja, melainkan diterapkan diversifikasi ke berbagai instrumen sekaligus. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir potensi kerugian investasi.
Investasi reksadana pasar uang bisa lewat smartphone, kok!
Jangan mengira kalau reksadana pasar uang itu ribet. Sebaliknya, justru sangat mudah dan praktis karena kamu bisa berinvestasi menggunakan smartphone! Caranya, download dulu aplikasi reksadana pasar uang Xsaver di Google PlayStore atau AppStore. Kemudian, lakukan registrasi akun dan verifikasi email sesuai instruksi yang diberikan. Jika sudah, kamu bisa langsung top up saldo Xsaver dan memulai investasi reksadana pasar uang!
Tentunya Xsaver juga dilengkapi dengan fitur-fitur pendukung lain untuk memudahkan investasi kamu. Mulai dari memantau performa berdasarkan jangka waktu tertentu, download prospektus reksadana, hingga melakukan pencairan dana investasi. Semua bisa kamu temukan dalam satu aplikasi saja!
Jangan panik walaupun saham anjlok akibat corona. Tetap tenang dan ambil langkah wait and see. Sementara itu, kamu bisa memilih instrumen investasi pasar uang yang performanya relatif lebih stabil. Dengan begitu, kamu masih dapat meningkatkan nilai uang kamu.