28 Apr Produk Investasi yang Terkena Dampak Wabah Corona
Pandemi corona menjadi hantaman besar bagi industri investasi tanah air. Dampaknya pun dialami oleh berbagai sektor, mulai dari penurunan nilai saham hingga melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Wajar kalau kamu dan para investor lain jadi ketar-ketir melihat kondisi yang serba tidak menentu ini. Memangnya produk investasi apa saja, sih, yang terkena dampak wabah corona? Lalu, apakah ada produk investasi yang cukup stabil di tengah ketidakpastian ekonomi ini?
Saham
Dari berbagai produk investasi yang ada, sepertinya saham yang terkena dampak paling keras akibat pandemi corona. Jika dihitung sejak awal tahun 2020 hingga pertengahan Maret 2020 lalu, performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan hingga 30%. Angka ini diambil dari data yang dilansir situs CNBC Indonesia.
Akibat situasi ini, pasar saham dalam negeri pun membuat nilai IHSG berkurang sampai Rp2.108,36 triliun. Sebagai perbandingan, angka tersebut setara dengan 94,41% pendapatan negara yang ditetapkan dalam APBN 2020 sebanyak Rp2.233,2 triliun atau sekitar 83% dari nilai perkiraan belanja negara sebanyak Rp2.540,4 triliun.
Bukan cuma Indonesia yang produk investasi sahamnya terkena dampak wabah corona. Bursa saham Singapura, misalnya, mengalami penurunan sebanyak kurang lebih 23,84%. Tidak jauh berbeda, bursa saham Vietnam juga turun 22,39%. Bahkan penurunan bursa saham Thailand tercatat sampai angka 34,15%.
Obligasi
Produk investasi selanjutnya yang ikut terkena dampak wabah corona adalah surat utang atau obligasi. Penurunan terjadi pada pertengahan Maret 2020 lalu. Sebelumnya, indeks obligasi masih berada di angka 286,4. Namun, pada tanggal 12 Maret 2020, angka tersebut tercatat mengalami penurunan sebanyak 2,14 poin ke angka 279,4.
Kabarnya, angka ini merupakan periode terendah yang terjadi pada pekan tersebut. Data diambil dari situs berita Market Bisnis, yang melansir dari ipba.co.id. Akibat meluasnya wabah virus corona, pasar pun mengalami kepanikan. Bahkan kepemilikan asing atas obligasi domestik pun ikut menurun.
Sukuk
Obligasi berprinsip syariah, atau sukuk, ternyata juga tidak luput dari dampak wabah corona. Hal ini tidak terlepas dari situasi pasar obligasi domestik yang memang kurang stabil sehingga permintaan sukuk pun ikut menurun. Selama periode 5-12 Maret 2020, terjadi penurunan pada Indonesia Sukuk Index Composite (ISIXC) Total Return sebanyak 3,94 poin atau sekitar 1,51%.
Kondisi tersebut tidak terlepas dari status Indonesia sebagai negara emerging marketing, yaitu negara dengan pendapatan per kapita berlevel rendah menuju menengah. Alhasil, tingkat ketidakpastian obligasi domestik pun cukup tinggi sehingga membuat banyak investor memutuskan untuk meninggalkan sukuk Indonesia.
Reksadana pasar uang sebagai alternatif investasi lebih stabil
Karena performa yang menurun akibat wabah corona, ketiga produk investasi di atas pun belum bisa memberikan keuntungan secara maksimal. Kamu dianjurkan untuk wait and see hingga kondisi ekonomi kembali menguat. Sambil melakukan hal tersebut, kamu bisa mengeksplor kesempatan investasi lain yang performanya relatif lebih stabil: reksadana pasar uang!
Dibandingkan saham, obligasi, atau sukuk, reksadana pasar uang memang merupakan produk investasi yang fluktuasinya cenderung lebih rendah. Alhasil, tingkat risikonya pun lebih kecil sehingga cukup stabil walaupun di tengah ketidakpastian ekonomi seperti sekarang. Potensi keuntungannya? Dalam setahun, kamu bisa berkesempatan mendapat total gain hingga 5,64%—seperti yang ditawarkan oleh aplikasi reksadana pasar uang Xsaver melalui produk Mandiri Investa Pasar Uang.
Cukup panik rasanya melihat berbagai produk investasi mengalami penurunan nilai akibat ketidakpastian ekonomi di tengah wabah corona. Walaupun begitu, yakinlah bahwa kondisi ini pasti segera berlalu. Terlebih, kamu masih bisa berinvestasi pada reksadana pasar uang yang relatif lebih stabil. Mari sama-sama tanamkan mindset optimis, Xultan!