fbpx

Pasar Fluktuatif, Kinerja Reksadana Pasar Uang Tetap Stabil

Pasar Fluktuatif, Kinerja Reksadana Pasar Uang Tetap Stabil

Pasar Fluktuatif, Kinerja Reksadana Pasar Uang Tetap Stabil

Semenjak awal tahun 2020, kondisi buruk telah menimpa pasar saham. Situasi ini terjadi sebagai dampak dari penyebaran virus corona ke hampir seluruh negara di dunia. Virus ini membuat perekonomian menurun dan aktivitas jual beli pun dibatasi. Hal ini berakibat pula pada kondisi pasar saham. Fluktuasi sudah pasti terjadi. Penurunan kinerja reksadana harus dihadapi di depan mata. Namun, di tengah kondisi yang buruk ini, kinerja reksadana pasar uang tetap relatif stabil.

Kondisi pasar saham selama kuartal I-2020

Kondisi pasar saham selama kuartal I-2020

Melansir dari CNBC Indonesia, sebagai salah satu situs yang sering memberitakan kondisi pasar saham dan investasi, banyak reksadana yang terkoreksi selama kuartal I-2020. Kuartal I-2020 ini berlangsung sejak bulan Januari hingga Maret 2020. Dalam jangka waktu tiga bulan tersebut, kinerja reksadana saham menjadi yang paling dalam terkoreksi, hingga mencapai 27.58%. Koreksi yang dalam pada reksadana saham ini juga berjalan seiring dengan menurunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 27.59%.

Selain saham, kinerja reksadana yang juga sangat terdampak oleh virus corona adalah reksadana campuran. Masih melansir dari situs yang sama, koreksi nilai reksadana campuran ini sedalam 15.51%. Pelemahan kinerja juga terjadi pada reksadana pendapatan tetap di akhir bulan Maret 2020, yakni sebesar 1.76%. Padahal, reksadana pendapatan tetap ini masih sempat defensif sepanjang Januari hingga Maret awal.

Sebab pelemahan kinerja reksadana sepanjang kuartal I-2020

Bukan tanpa sebab kinerja reksadana saham, pendapatan tetap, dan campuran mengalami penurunan atau pelemahan. Ini semua terjadi sebagai dampak dari virus corona, yang menyebabkan banyak aksi dilakukan oleh investor. Tentu saja, di situasi ekonomi yang sangat fluktuatif, investor ingin mengamankan modal serta asetnya untuk memenuhi biaya hidup dan mempertahankan bisnis yang dimiliki.

Pelemahan yang terjadi pada beberapa reksadana ini disebabkan oleh keluarnya investor asing dari pasar surat utang Indonesia, dengan nilai mencapai Rp110 triliun. Di sisi lain, penurunan suku bunga yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) sepanjang tahun untuk mengatasi dampak virus corona belum menghasilkan hal positif. Aksi buyback yang telah dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar juga ternyata belum mampu mengangkat IHSG secara signifikan.

Kinerja reksadana pasar uang tetap stabil

Kinerja reksadana pasar uang tetap stabil

Di tengah situasi ekonomi yang sulit, fluktuasi pasar saham yang tak bisa dicegah, dan banyaknya penarikan modal dari investor asing, kinerja reksadana pasar uang tetap stabil. Kinerja bagus ditunjukkan oleh reksadana pasar uang sejak awal bulan Januari sampai Maret 2020, dengan konsisten memberikan imbal hasil (return) 1.29%. Tentu ini jadi kabar baik di tengah kondisi pasar yang bikin was-was.

Reksadana pasar uang, yang menempatkan modalnya pada instrumen jangka pendek: obligasi dengan jangka waktu kurang dari satu tahun, deposito, dan sertifikat Bank Indonesia (BI), dinilai lebih bisa bertahan terhadap fluktuasi. Instrumen jangka pendek ini memiliki risiko yang relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan saham. Pasar uang adalah instrumen reksadana yang “aman” serta ramah investor pemula. Risiko lebih kecil, oun asetnya likuid. Itu artinya, kamu bisa cairkan kapan saja investasi reksadana pasar uangmu.

 

Berkat kinerja reksadana pasar uang yang stabil, investor pun disarankan untuk mengalihkan modal investasinya dari aset yang tinggi risiko ke aset yang lebih rendah risiko, seperti pasar uang. Reksadana pasar uang bisa jadi pilihan baik untuk menekan risiko lebih besar pada aset rentan fluktuasi, dan jadi pilihan tepat investor pemula yang baru ingin mulai belajar reksadana. Kalau mau investasi di reksadana pasar uang, kamu bisa download dulu aplikasi Xsaver!