07 Jan Kenali Profil Risiko Reksadana Beta Dalam Investasi
Dalam berinvestasi, kamu tentu sudah sangat paham kan, tentang profil risiko reksadana? Profil risiko ini digunakan sebagai acuan dalam memilih jenis reksadana. Semakin tinggi tingkat risiko reksadana yang bisa kamu terima, semakin tinggi return investasi yang bisa didapatkan. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit risiko investasi yang bisa kamu terima, semakin sedikit return yang bisa didapat.
Selain profil risiko pribadi, dalam investasi reksadana juga dikenal yang namanya profil risiko reksadana beta. Profil risiko beta ini adalah sebuah indikator yang menunjukkan level risiko investasi reksadana, khususnya saham, terhadap tingkat risiko fluktuasi di pasar. Kalau Xultan belum tahu banyak tentang profil risiko beta, yuk pelajari informasi di bawah ini!
Mengenal profil risiko beta
Dalam investasi profil risiko beta adalah koefisien regresi yang menunjukkan pengaruh suatu angka pada angka yang lainnya. Dalam hal ini, profil risiko beta menunjukkan pengaruh angka IHSG terhadap angka kinerja reksadana saham. Contohnya bisa dilihat melalui tabel berikut ini.
Tahun ke | Return IHSG | Return Reksadana |
Tahun ke-1 | -5% | -10% |
Tahun ke-2 | 5% | 10% |
Tahun ke-3 | 15% | 30% |
Jika dilihat dari tabel di atas, return IHSG sangat memengaruhi return reksadana. Pada tahun pertama, return IHSG sebesar -5% memengaruhi angka return reksadana, sehingga menghasilkan -10%. Ketika angka IHSG berada di 5%, angka return reksadana adalah 10%. Dari tabel di atas, bisa dilihat bahwa profil risiko beta (koefisien regresi) IHSG terhadap return reksadana adalah 2X lipat. Semakin besar profil risiko beta suatu investasi reksadana saham, semakin besar pula pengaruh perubahan angka IHSG terhadap return investasi.
Manfaat mengetahui profil beta
Seperti yang sudah sedikit dijelaskan di atas, mengetahui profil risiko reksadana dana sama dengan mengetahui tingkat risiko investasi yang bisa kamu terima. Kalau Xultan tidak ingin hasil investasinya terlalu dipengaruhi oleh angka perubahan IHSG, bisa memilih profil risiko beta rendah.
Sebaliknya, kalau kamu tidak masalah dengan pengaruh perubahan IHSG yang besar terhadap return investasi, kamu bisa memilih profil risiko reksadana beta dengan angka yang cukup besar, misalnya 2X lipat seperti tabel di atas. Dengan memilih angka profil risiko beta yang besar, maka kamu memiliki peluang menghasilkan angka return yang tinggi (high risk high return).
Cara mengetahui profil risiko beta
Lalu, dari mana kita tahu angka profil risiko reksadana beta ini?
Xultan bisa cari tahu angka profil risiko beta ini melalui data di situs Reuters atau menggunakan perhitungan beta dari Perfindo. Kalau kamu mau menggunakan data di situs Reuters, cukup buka website tersebut, kemudian di ketikkan kode saham emiten dan diakhiri dengan kode .JK di belakangnya. Contohnya, profil beta saham PT Astra International, Tbk, cukup ketikkan ASII.JK di kolom search.
Selain itu, kamu juga bisa memperoleh data informasi profil beta melalui kalkulasi PT Pemeringkat Efek Indonesia (Perfindo). Perfindo melakukan perhitungan IHSG dan data indeks saham individu dari Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tiga tahun terakhir. Kamu bisa cek profil risiko beta melalui website Perfindo. Angka profil risiko beta ini diperbaharui setiap Kamis.
Jenis investasi reksadana berdasar profil beta
Dari jenis profil risiko reksadana beta, ada tiga jenis kelompok investasi; beta kurang dari satu, beta di atas satu, dan beta negatif. Beta kurang dari satu adalah koefisien regresi angka IHSG terhadap angka return reksadana yang tidak melebihi 1. Misalnya saja profil risiko beta 0.5. Ini berarti, return reksadana hanya terpengaruhi sebesar 50% saja dari IHSG. Kalau IHSG turun 2%, maka return investasi turun 1%.
Selanjutnya, beta di atas satu adalah angka koefisien regresi perubahan IHSG terhadap return reksadana, yang lebih dari satu, misalnya saja angka beta investasi tersebut adalah 1.5. Jadi, ketika IHSG naik 4%, return investasi reksadana saham ikut naik menjadi 6% (1.5 x 4%). Namun, perlu diketahui jika IHSG mengalami penurunan, return investasi reksadana akan mengalami penurunan yang lebih besar dari IHSG.
Yang terakhir, beta negatif adalah ketika angka koefisien regresi IHSG terhadap return reksadana berada di bawah nol. Ini artinya, perubahan angka IHSG akan berbanding terbalik dengan angka perubahan return reksadana. Misalnya, jika angka IHSG meningkat, maka return investasi akan menurun. Jika IHSG menurun, maka return investasi meningkat.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa, selain mengetahui profil risiko reksadana pribadi (konservatif, moderat, agresif), kamu juga harus mengetahui profil risiko investasi beta. Dengan begitu, kamu bisa lebih selektif dalam memilih investasi reksadana, yang sesuai dengan tingkat risiko yang bisa kamu terima. Semoga informasi ini membantu.
Photo credit: Unsplash